Ah, suasana sore hari memang tidak pernah berbohong untuk dinikmati.
Indah sekali melihat matahari yang sudah hampir tenggelam meninggalkan bumi untuk kembali lagi untuk bercahaya esok pagi.
Sore itu, aku duduk santai di jalan setapak dekat sungai Bancaran, namun lebih tinggi dari permukaan air. Sambil menikmati sore itu, ku rangkai waktu untuk membaca sebuah cerita fiksi yang telah dibuat oleh saudariku, Judunya adalah ....
Kebo's
family –
"Aaah"
teriakan silvi mengejutkan kami bertiga. Silvia yang berteriak dari ambang
pintu itu terdiam sejenak dan mulai menangis.
"Hus...
apa-apaan sih sil? Pagi-pagi udah sedih aja. Sini gabung " pintaku
"Biarin
lah nab, paleng juga tadi ditinggal Man Dol" etika bicara sesuka mulutnya.
Silvi memang telat, tidak seperti biasanya. Padahal dia di nobatkan sebagai
siswi paling rajin datang ke sekolah di kelas ini. Dan Man Dol itu supir
langganannya.
"Apa
sih mbak etika nih!" Jawab silvi ketus
"Ini
momen langka!" Fa berteriak tak kalah kerasnya seperti Silvi
"Ok
tanggal 7 november 2013 Silvia a.k.a Bontot telat untuk pertama kalinya "
lanjutnya di ikuti jari yang bergerak di layar ponselnya.
Ya ampun..
ada apa dengan saudara-saudaraku ini? Kenapa aku bisa kuat berteman dengan
mereka?
"Sudah..sudah.."
aku berusaha memberhentikan kekacauan yang terjadi di sini "Mbaak"
Silvi mulai merengek sambil menarik seragam Etika dengan pelan.
"Hm?"
Jawab Etika masa bodoh. Diantara kami, Etikalah yang paling tidak peduli urusan
orang -kecuali menyangkut dirinya- dan masa bodoh dengan lingkungannya.
"Aku
ikut lomba hijab di Bangkalan" katanya dengan suara yang sangat pelan dan
nyaris tidak terdengar.
"Oh"
jawab etika dengan ketus
"Oh
ntar hari minggu itu yah?" Kata fa tak mau kalah tapi tetap dengan jari
yang sibuk di atas layar ponsel
"Hm
yang di Alun-alun itu ya" aku juga tak ingin kalah. Lomba hijab? Aku ingin
ikut ajang seperti itu tapi sayang itu terlalu Dpertontonkan ke publik. Dan
ternyata Silvi yang ikut serta. Hah?
"Apa?
Lomba Hijab? Kamu ikut lomba Hijab?" Kami bertiga terkejut. Bodohnya kami
baru sadar. Etika yang sibuk dengan sosmednya langsung melempar ponsel begitu
juga Fa. Dan aku,buku yang sedari tadi aku baca kini sudah tergeletak di
lantai.
"Sil
kamu gila ya?" Semburan Etika untuk Silvi sangat panas.
"Kok
kamu berubah jadi cewe seh Sil?" Aah ucapan Fa tak masuk akal
"Aku
nggak tau mbaak " Silvi mulai menangis lagi.
"Kok
bisa sih Sil? Kamu kesambet apa?" Yang aku tau Silvi sangat menjauhi ajang
seperti itu, menggunakan make up pun tidak pernah.
"Makanya
itu,aku minta tolong mbak-mbakku semua. Aku sudah terlanjur daftar ini. Eman
kalo nggak ikut"
"Yaudah
ganti aku aja " Etika mulai.
"Nggak
bisa. Nggak bisa di gantikan dan gak bisa di batalkan. Nanti aku di suruh
denda." "Terus kamu tetep bakal ikut?" Fa mulai bicara.
Yang lain
mulai sibuk seperti aktifitas sebelumnya.
"Aku
mau minta tolong"kata Silvi lagi dengan suara yang sama pelan saat dia
mengatakan kalau dia ikut ajang model tersebut.
"Please,
Dandani aku "
"Gitu
yah. Oke aku bisa " Suaraku sedikit melengking.
Hari ini
Lombanya di mulai. Mereka bertiga sudah ada di rumahku. Ini saatnya mendandani
Silvi.
"Mbak
jangan tebel-tebel yah" kata Silvi setelah aku memgolesi alas bedak di
wajahnya. Oh iya make up yang aku gunakan adalah milik Fa. Sebenarnya gadis itu
juga tak suka berdandan tapi alat make upnya lengkap.
"Mbak
jangan menor ya" ya ampun, ya ampun silvi ini cerewet sekali. "Iyaa
Bontot" jawabku malas dia hanya nyengir kuda. Fa sibuk memilih pakaian di
lemariku sedangkan Etika sibuk makan kue yang aku sediakan. Apa-apaan dia ini.
"Nab,baju
ini menurutmu gimana?" Fa menenteng baju gamisku yang berwarna hijau
toska. Aku sangat menyukainya. Tentu ku jawab.
"Tidak
bagus!" "Menurutku ini kalem" katanya
"Kalo
nggak salah ada gamis warna dongker Fa,bagus itu aja" yang dongker memang
bagus. Tapi tak sebagus yang toska. Kenapa aku mengatakan jelek. Karena aku
tidak ingin siapaun menggunakannya sekalipun teman-temanku sendiri. Aku yakin
mereka mengerti.
"Fa
yang toska aja, bagus kok" dengan mulut yang penuh kue Etika mencoba
memberi pendapat tanpa diminta.
"Menurutku
memang gitu Et"
"Yaudah
Silvi pake itu aja"
"Nggak
jangan!" Aku menolak dengan sedikit berteriak.
"Kenapa?
Nggak boleh? Ini baju kesayangan yah?" Etika mulai banyak tanya dan
pertanyaannya ranjau
"Enggak bukan gitu" aku mengelak
dengan suara berusaha tidak gemetar. "Yasudahlah terserah"
"Aah
ini bagus" Faa agak berteriak. Ia menjinjing gamis berwarna peach. Gamis
lamaku yang sudah jarang ku pakai.
"Ya ya
itu aja" Silvi histeris. Setelah semuanya beres. Kita berselfi ria. Aah
Silvi cantik sekali. Aku memang nggak bisa ikut ajang itu tapi lewat Silvi aku
harus ikut ambil andil. Dan pada acaranya,banyak peserta yang tidak kalah
cantiknya tapi tetap Silvi nomer satu. Sampai penghujung acara di umumkan
pemenangnya.
"Juara
tiga... Annisa"
"Juara
dua... Dewi"
"Juara
satu.. selamat untuk Sepia Qothrunnada" Ah.. ternyata Sepia. Kami sudah
menegang dan ternyata bukan Silvia. Kenapa harus sama sih.
"Maaf
maksud kami Silvia" Apaaaaaaaa? Alhamdulillah.. yeey Sil kamu menang. Aku
berhasil. Kita berhasil.
"Aaaaaaaaaaah"
sontak kita berempat histeris. Selamat Silvia. Selamat untuk kita semua.
"Mbakku
semua,terima kasih ya " ooh Silvi memeluk kami.
"Kalian
tau,sebenarnya aku taruhan dengan temanku yang namanya Dewi. Sang juara 2"
"Sil, kau
apa-apaan?" Etika menyembur Silvi.
"Jangan
berpikir yang aneh-aneh ya. Dia meremehkanku. Tapi yang buat kesepakatan dia
dan temanku"
"Sudah
yang penting Silvi berhasil. Kebo berhasil" Fa benar. Kebo berhasil. Satu
dari sebagian cerita kekompakan kami.