Tari Topeng Gethak
merupakan salah satu tari tradisi kerakyatan yang menjadi bagian dari seni
pertunjukan Ludruk Sandur di wilayah Kabupaten Pamekasan - Pulau Madura -
Propinsi Jawa Timur - Indonesia.
Pada mulanya tari topeng
Gethak tidak dapat dipisahkan dari pertunjukan Ludruk Sandur atau kesenian
Sandur.
Kesenian Sandhur
merupakan jenis kesenian rakyat yang sangat digemari di Pamekasan Madura,
khususnya dikalangan masyarakat pedesaan.
Semua pelosok daerah di Pamekasan mengenal kesenian Sandhur ini
menjadikan salah satu jenis hiburan yang memasyarakat dan spesifik, hal ini dapat dibuktikan dari keberadaan
pertunjukan seni Sandhur pada setiap ada pesta perkawinan, khitanan ataupun hajatan
lainnya.
Dalam pertunjukan Kesenian
Sandhur, terdiri dari 4 macam sajian kesenian yang membentuk satu repertoar penyajian yaitu Pajuan (andhongan), Tarian Rondhing,
Tari Topeng Klonoan/Getak, dan Cerita
semalam suntuk. Tari Topeng Getak merupakan salah satu tarian pembuka dalam
suatu sajian Kesenian Sandhur.
Tari Topeng Getak
awalnya bernama Tari Klonoan. Tarian ini menggambarkan tokoh Prabu Bolodewo
dalam lakon Topeng Dhalang Madura yang ditiru oleh masyarakat awam. Topeng
Dhalang Madura saat itu dimainkan dan
ditonton hanya dilingkungan keraton atau
kaum bangsawan. Jarang sekali atau hampir tidak mungkin ada kesempatan bagi
masyarakat awam untuk menyaksikan penampilan Topeng Dhalang tersebut.
Tokoh Prabu Bolodewo
dalam Topeng Dhalang bagi masyarakat merupakan tokoh yang amat sangat
dibanggakan. Rasa bangga tersebut diungkapkan melalui ekspresi gerak yang
tersusun menjadi tarian. Kata klonoan berasal dari kata kelana atau berkelana,
yang bermakna Bolodewo berkelana. Tari Klonoan ini juga sebagai isyarat pembuka
sajian Kesenian Sandhur.
Dalam perjalanannya,
Tari Klonoan ini berubah nama menjadi Tari Topeng Getak. Perubahan nama ini
terjadi sejak Tahun 1980, ketika Parso
Adiyanto masih menjadi mahasiswa Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya
jurusan Seni Tari. Pada saat tugas akhir, ia melakukan penelitian kesenian
tradisi yang hidup di wilayahnya,.
Dari hasil penelitian
diperoleh petunjuk bahwa Tari Klonoan tersebut
gerak-geraknya dan peralihan tiap gerak selalu tergantung pada bunyi
kendang yang berbunyi “Ge” dan “Tak”. Bunyi kendang itulah yang mengilhami
penciptaan nama Topeng Getak saat itu. Sampai sekarang nama Klonoan tidak lagi
digunakan dan berubah menjadi Topeng Getak.
Tari Topeng Getak dalam
perjalanannya dari masa ke masa tetap menyatu beriringan dalam satu sajian Kesenian Sandhur, bahkan
seolah-olah tidak lekang karena kepanasan dan tidak lapuk karena kehujanan.
Tari Topeng Getak selalu digemari oleh masyarakat di Kabupaten Pamekasan dan
bahkan berkembang ke daerah Sampang, Bangkalan dan Sumenep.
Pemerintah Daerah
Kabupaten Pamekasan telah menetapkan Tari Topeng Getak sebagai Tari Khas
Unggulan Kabupaten Pamekasan. Upaya pelestarian melalui jalur pendidikan formal
(sekolah) memang efektif dari sisi penari Topeng Getak, tapi dari sisi musik
pengiring masih mengalami krisis seniman. Sekarang satu demi satu seniman musik
pengiring Topeng Getak meninggal dunia. Upaya pengkaderan seniman alat musik
tertentu masih bisa dijalankan, namun alat musik yang sangat dominan yaitu
Sronen (terompet tradisional) sulit mengkondisikan regenerasinya, untuk itu
diperlukan pencarian metoda transformasi permainan alat tiup sronen.