Waktu berputar tanpa henti, karena
tak ada yang mampu untuk menghentikannya. Satu demi satu jejak-jejak masa lalu
berhasil lenyap dengan indahnya. Namun terkadang, masih ada jejak yang masih
menampakkan dirinya, mencoba penuhi harapan yang kadang tak beriring dengan
jalan takdir yang penuh rahasia.
Kadang, tak kita sadari Tuhan telah
mempersiapkan skenario besar dalam hidup kita. Skenario yang sering kita sebut
“takdir”. Takdir adalah satu kata enam huruf yang mempertemukan kita dengan
banyak orang, termasuk mempertemukanku dengan seseorang sepertimu.
Pernahkah kau berencana untuk jatuh
hati pada seseorang sepertiku ? jatuh hati yang membuat kita saling mengenal
satu sama lain. Jatuh hati yang disebabkan takdir yang berasal dari skenario
Tuhan. Skenario yang memperkenalkan aku dengan segala hal ; cinta, rindu,
benci, rasa, waktu, menunggu, lelah.
Dulu, jauh sebelum aku mengenalmu,
jauh sebelum kau jatuh hati, kita sama-sama tak tertarik untuk menatap satu
sama lain, sama-sama merasa tak penting untuk bertukar sapa. Semua anak
perempuan di kelasku membicarakanmu, dua diantara mereka menyukaimu,
memperebutkanmu, aku hanya melihat dan mendengarkannya dengan tak peduli.
Semenarik itukah dirimu bagi mereka ?
Kala itu, aku dan teman-temanku
ingin memberikan coklat untuk ibumu. Tetapi, karena tak kunjung bertemu dengan
ibumu, maka kami menemuimu. Begitu coklatku sudah ada di tanganmu, kau langsung
membuka bungkusnya dan memakannya dengan lahap di depan mataku, aku terkejut,
“Astaga… “
Aku tak pernah berusaha untuk
mengenalmu, aku membiarkanmu lewat dengan dinginnya di hadapanku. Aku tak
peduli teman-temanku begitu tertarik denganmu. Sebaliknya hampir semua anak
laki-laki di kelasmu mengenalku. Mereka menyapaku, mencoba ramah terhadapku.
Sementara kau sama sekali tak berminat untuk tersenyum seperti yang lainnya.
Aku sering melihatmu di jalan, saat
kau menggowes sepedamu. Bahkan aku pernah melihatmu hujan-hujanan di atas
sepedamu. Tetapi, aku tak mengenalmu. Saat ayahku melihatmu, dia mengatakan,
“Coba lihat, itu temanmu naik sepeda. Bagaimana kalau kamu juga naik sepeda
saja ke sekolah ? Tidak perlu diantar.”
Ketika hari itu tiba, hari dimana
takdir datang mengejutkanku. Takdir dimana aku melihatmu dalam sosok yang
berbeda dari yang biasa kulihat. Takdir ketika aku bisa melihat dengan mataku
sendiri bahwa kau punya senyum yang begitu indah. Meski begitu, aku masih tetap
tak peduli. Masih banyak hal lain yang aku pikirkan, masih banyak yang harus
kuperhatikan, masih banyak yang lebih penting dari senyumanmu yang tak bisa
kuartikan.
Waktu berputar dan membiarkan kita
mengenal satu sama lain. Kau dengan caramu sendiri membiarkan aku menebak-nebak
seperti apa dirimu. Membiarkan aku larut dalam percakapan kita, membiarkan aku
tertawa lepas karenamu.
Aku belajar tentang rasa. Mulai
mengartikan semuanya. Semuanya yang tak kau jelaskan, namun kau tunjukkan.
Dua tahun yang lalu adalah skenario
yang luar biasa dari Tuhan. Maukah kau mengulanginya lagi bersamaku ? Apa kau
akan menjawab, “Tanya saja pada takdir.” ?