RSS

Sebelum Engkau Hadir

Waktu berputar tanpa henti, karena tak ada yang mampu untuk menghentikannya. Satu demi satu jejak-jejak masa lalu berhasil lenyap dengan indahnya. Namun terkadang, masih ada jejak yang masih menampakkan dirinya, mencoba penuhi harapan yang kadang tak beriring dengan jalan takdir yang penuh rahasia.

Kadang, tak kita sadari Tuhan telah mempersiapkan skenario besar dalam hidup kita. Skenario yang sering kita sebut “takdir”. Takdir adalah satu kata enam huruf yang mempertemukan kita dengan banyak orang, termasuk mempertemukanku dengan seseorang sepertimu.

Pernahkah kau berencana untuk jatuh hati pada seseorang sepertiku ? jatuh hati yang membuat kita saling mengenal satu sama lain. Jatuh hati yang disebabkan takdir yang berasal dari skenario Tuhan. Skenario yang memperkenalkan aku dengan segala hal ; cinta, rindu, benci, rasa, waktu, menunggu, lelah.

Dulu, jauh sebelum aku mengenalmu, jauh sebelum kau jatuh hati, kita sama-sama tak tertarik untuk menatap satu sama lain, sama-sama merasa tak penting untuk bertukar sapa. Semua anak perempuan di kelasku membicarakanmu, dua diantara mereka menyukaimu, memperebutkanmu, aku hanya melihat dan mendengarkannya dengan tak peduli. Semenarik itukah dirimu bagi mereka ?

Kala itu, aku dan teman-temanku ingin memberikan coklat untuk ibumu. Tetapi, karena tak kunjung bertemu dengan ibumu, maka kami menemuimu. Begitu coklatku sudah ada di tanganmu, kau langsung membuka bungkusnya dan memakannya dengan lahap di depan mataku, aku terkejut, “Astaga… “

Aku tak pernah berusaha untuk mengenalmu, aku membiarkanmu lewat dengan dinginnya di hadapanku. Aku tak peduli teman-temanku begitu tertarik denganmu. Sebaliknya hampir semua anak laki-laki di kelasmu mengenalku. Mereka menyapaku, mencoba ramah terhadapku. Sementara kau sama sekali tak berminat untuk tersenyum seperti yang lainnya.

Aku sering melihatmu di jalan, saat kau menggowes sepedamu. Bahkan aku pernah melihatmu hujan-hujanan di atas sepedamu. Tetapi, aku tak mengenalmu. Saat ayahku melihatmu, dia mengatakan, “Coba lihat, itu temanmu naik sepeda. Bagaimana kalau kamu juga naik sepeda saja ke sekolah ? Tidak perlu diantar.”

Ketika hari itu tiba, hari dimana takdir datang mengejutkanku. Takdir dimana aku melihatmu dalam sosok yang berbeda dari yang biasa kulihat. Takdir ketika aku bisa melihat dengan mataku sendiri bahwa kau punya senyum yang begitu indah. Meski begitu, aku masih tetap tak peduli. Masih banyak hal lain yang aku pikirkan, masih banyak yang harus kuperhatikan, masih banyak yang lebih penting dari senyumanmu yang tak bisa kuartikan.

Waktu berputar dan membiarkan kita mengenal satu sama lain. Kau dengan caramu sendiri membiarkan aku menebak-nebak seperti apa dirimu. Membiarkan aku larut dalam percakapan kita, membiarkan aku tertawa lepas karenamu.

Aku belajar tentang rasa. Mulai mengartikan semuanya. Semuanya yang tak kau jelaskan, namun kau tunjukkan.

Dua tahun yang lalu adalah skenario yang luar biasa dari Tuhan. Maukah kau mengulanginya lagi bersamaku ? Apa kau akan menjawab, “Tanya saja pada takdir.” ?